Pengantar Pelatihan Menulis untuk Editor

By FOX from Pexels at CanvaPro



Tugas seorang editor buku pada perusahaan penerbitan adalah mempersiapkan karya seorang pengarang untuk dipublikasikan. Dalam menjalankan tugas itu, editor bekerja sama dengan pengarang dan penerjemah, asisten editor dan proofreader untuk memastikan bahwa karya yang diproduksi itu memiliki nilai literer dan keterbacaan yang tinggi, bebas dari inkonsistensi, baik dari segi gagasan, tata bahasa maupun ejaan. Editor juga bekerja sama dengan desainer, setter, ilustrator, percetakan, promosi dan pemasaran untuk merancang sebuah produk yang atraktif.

Maeve Binchy, seorang novelis Irlandia, dalam bukunya The Maeve Binchy Writer’s Club (Anchor Books, Maret 2010), mendaftar setidaknya delapan hal yang dilakukan seorang editor:

1. Memilih naskah
2. Menegosiasikan kesepakatan dengan pengarang dan agen
3. Mengedit substansi naskah
4. Mengawal copy-editing, desain, dan proofreading
5. Menulis sinopsis dan bahan promosional
6. Meyakinkan bagian pemasaran dan penjualan tentang nilai dan pemosisian buku
7. Mengomunikasikan perkembangan naskah kepada pengarang dan agen
8. Mengamati resensi dan ulasan tentang buku di media


Untuk mampu memenuhi tugas-tugasnya, selain harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim, seorang editor tentunya wajib memiliki keluwesan berekspresi dalam bahasa tulisan, kejelian dalam memahami teks, ketajaman dalam menyerap intisari naskah, kepekaan untuk melihat keistimewaan sebuah gagasan. Bagaimanapun, membaca, mengulas dan menulis ulang naskah adalah bagian terbesar pekerjaan seorang editor.

Untuk meraih kemampuan kerja sama tim, editor perlu mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai lingkungan pekerjaannya, bagian-bagian dalam organisasi kerja yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan proses penyiapan naskah hingga menjadi buku. Sedangkan untuk mengasah kemampuan berhadapan dengan teks, editor perlu mendapatkan pelatihan di bidang kepenulisan.

Pelatihan Menulis untuk Editor Mizan bertujuan membantu editor mengembangkan kemampuan awal dalam memenuhi tugasnya itu, sebagai wadah untuk latihan bersama, dengan saling belajar dan mengomentari karya teman-teman lainnya. Bagaimanapun, tempat terbaik untuk mengembangkan kemampuan yang sesungguhnya tetaplah dalam situasi kerja yang aktual.

Menulis adalah salah satu keterampilan yang dapat diraih hanya melalui latihan. Sebanyak apa pun orang membaca, mendengar, dan berbicara tentang menulis, tidak akan mengantarkannya pada penguasaan keterampilan menulis. Oleh karena itu, yang menjadi penekanan dalam pelatihan ini adalah praktik: menghasilkan sebanyak-banyaknya tulisan dalam berbagai jenis (fiksi, nonfiksi, opini, fitur, resensi, sinopsis, puisi, kata pengantar, dll.)

*Pengantar Pelatihan Menulis untuk Editor (Maret - Mei 2010)

Komentar

  1. Mengomentari rumusan-bagus Maeve Binchy, kira-kira kalau membuat judul buku masuk tugas editor nggak ya? Apa tugas pembuatan judul sudah masuk poin 5?

    Memiliki kemampuan menulis sungguh penting bagi seorang editor. Tahu nggak kalau kunci menulis itu ada pada membaca? Membaca yang bagaimana?

    BalasHapus
  2. Seperti yang dikatakan oleh Mas Tantowi Yahya bahwa Membaca mengantarkan kita pada apa ya saya lupa lagi...mengantar pada kecerdasan...

    dan saya menambahkan juga bahwa "membaca dapat mengantar pula pada keterampilan menulis"
    Mengomentari apa yang Mas Hernowo koment sepertinya kini sudah menjadi tugas editor juga pembuatan judul dengan syarat sudah mendapat persetujuan dengan penulis/pengarang kecuali memang buku itu direkomendasikan oleh kita.Hal itu agar judul memiliki nilai jual juga apalagi memiliki makna (ruh)

    BalasHapus
  3. Ada satu pengarang di Mizan yang setiap kali membuat judul, judul yang dibuatnya itu tentu langsung diterima oleh rapat editor Mizan. Pengarang itu juga kerap memasok naskahnya ke Mizan. Ada yang tahu, siapa dia?

    Saya banyak sekali belajar dari pengarang itu bagaimana membuat judul buku yang "menggoda" (sexy). Saya beruntung dapat "berguru" kepadanya selama saya bekerja di Mizan. Sekali lagi, ada yang tahukah siapa dia?

    BalasHapus
  4. Benar sekali, Yuli. Dialah Emha Ainun Nadjib atau memiliki panggilan akrab, Cak Nun. Judul-judul bukunya tampak lugu, tapi "menggigit" alias memberi sebuah karakter.

    Siapa penulis sekarang yang rajin menulis kolom seperti Emha dulu ya? Adakah? Jika ada, bagaimana karakter tulisannya? Dulu, penulis-penulis seperti Cak Nun ini subur sekali dan bermunculan di mana-mana.

    Tak semua penulis bagus. Tapi, begitu kayanya para penulis itu. Waktu itu karya asli terbitan Mizan tertolong oleh kumpulan tulisan para penulis kolom--ada Mohammad Sobary, Danarto, Farid Gaban, K.H. Mustofa Bisyri dan seabrek karya-karya cendekiawan Muslim lain.

    BalasHapus

Posting Komentar