"Knowledge Management" dan Kegiatan Menulis






Praktik-praktik tidak tertulis ("tacit knowledge") itu biasanya hanya dipahami oleh orang yang mengalaminya. Jika orang itu sakit, berhenti bekerja, pindah kantor, atau pensiun, pengetahuan itu hilang begitu saja. Itulah "intangibles"; ia melekat pada "brain memory" dan "muscle memory" manusia. Tidak ada cara lain bagi kita untuk mengambil memori individu itu selain memindahkannya dari "tacit" (melekat pada manusia dalam bentuk ingatan, pengalaman, dan percakapan) menjadi "explicit" (tertulis). --RHENALD KASALI, Myelin 

Saya beruntung, dan cepat-cepat harus bersyukur, karena di usia lewat 40 tahun dapat mencintai kegiatan menulis. Saya jatuh cinta kepada kegiatan menulis, pada usia tersebut, karena saya berhasil merasakan pelbagai manfaat yang diberikan oleh menulis. 

Sebelumnya, terutama ketika saya bersekolah, saya memang setiap hari terlibat dengan kegiatan menulis. Waktu itu, kegiatan menulis saya sebatas mencatat materi-materi pelajaran yang diberikan oleh guru atau sekadar memenuhi tugas yang diberikan oleh guru. 

Namun, apakah saya sempat jatuh cinta dengan kegiatan menulis di sekolah? Saya tidak tahu persis. Efek dapat mencintai kegiatan menulis emang dahsyat! Saya kemudian dapat mengeksplorasi kegiatan tersebut hingga batas-batas yang sangat jauh. Bahkan, saya kemudian terkejut---ternyata kegiatan menulis dapat menyembuhkan tekanan (stres), menjadikan diri saya tak sekadar konsumen tapi malah dapat menjadi produsen, dan masih banyak lagi yang lain. 

Kayaknya, kini, kecintaan saya kepada kegiatan menulis semakin melejit gara-gara saya bersentuhan dengan sebuah konsep---yang menjadi sangat "powerful" di era "online"---bernama "knowledge management" (KM). Bagi saya KM adalah sebuah terobosan baru---meski kata sebagian orang, kemunculan KM ini sudah lama sekali. KM benar-benar berhasil membuka wawasan saya secara sangat terbuka bahwa pengetahuan, memang, tak cukup jika hanya dikonsumsi. 

Pengetahuan juga tidak otomatis menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi seseorang begitu seseorang itu belajar. Sebuah pengetahuan baru akan muncul dari persembunyiannya---dan berubah menjadi ilmu---jika berhasil dieksplisitkan (dikonstruksi secara tertulis dalam bentuk "bangunan" yang mentereng). 

"Mengelola pengetahuan" menjadi sebuah keterampilan baru yang sangat penting di tengah banjir informasi sebagaimana saat ini. 

Dalam buku saya Mengikat Makna Update, saya membahasakan kegiatan menulis dengan banyak sekali sebutan. Dua di antaranya yang menarik---jika ingin dapat dikaitkan dengan KM---adalah mengonstruksi dan memproduksi. 

Menurut KM, pengetahuan perlu ditata dan disusun sedemikian rupa agar memiliki sosok yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Dan begitu seseorang berhasil mengonstruksi sebuah pengetahuan baru, orang tersebut sesungguhnya telah menjadi produsen. Dia tak lagi hanya sibuk mengkonsumsi pengetahuan, tetapi bahkan telah memproduksi pengetahuan---atau bahkan ide-ide baru. Saya sendiri kaget dengan fakta telah terwujudnya 35 buku (produk) akibat dari kegiatan menulis saya yang kontinu dan konsisten. 

Saya menjadi produsen ide sebanyak itu hanya dalam waktu kurang lebih 8 tahun (2001-2009). Tidak berhenti di situ, saya dikejutkan dengan fakta lain bahwa pembaca buku-buku saya pun kemudian tertular untuk menjadi produsen ide. Lewat SMS, e-mail, dan pesan-pesan via Facebook, saya cukup sering menerima ucapan terima kasih gara-gara orang yang mengucapkan rasa terima kasih kepada saya itu tertular semangat saya untuk ikut membiasakan diri mengonstruksi dan memproduksi sesuatu. Saya yakin, 

Anda juga dapat menjadi produsen ide (yang sekaligus dapat menyebarkan ide di era Web 2.0 ini) jika Anda dapat "mengelola pengetahuan" Anda. Dan salah satu sarana untuk mengelola pengetahuan" milik Anda adalah memanfaatkan dan kemudian membiasakan melakukan kegiatan menulis (mengeksplisitkan pengalaman yang, mungkin, telah Anda simpan sangat lama). Salam.[]

Komentar

  1. Pingin sekali memindahkan memory dari Tacit ke Explicit, tapi file dalam memori nggak mau tumpah ke atas kertas, begitu ditoreh dengan pena, tiba-tiba masalahnya selesai begitu saja, waktu dibaca ulang, kok rasanya tidak indah di rasa hati... Bagaimana langkah awal yang baik untuk bisa berada di posisi explicit itu kak??

    BalasHapus
  2. Pertama, menulislah seperti Anda sedang berbicara. Jangan diedit dan jangan dikoreksi begitu sudah diekplisitkan. Endapkan untuk beberapa waktu.

    Kedua, setelah jeda waktu--misalnya satu jam--baca (rasakan) hal-hal yang telah Anda eksplisitkan. Titik tekannnya bukan mengoreksi (ketika membaca), tapi merasakan (libatkan diri Anda). Tambahkan data baru atau kembangkan tulisan-awal dengan semangat untuk menmgasilkan yang terbaik dari diri Anda.

    Ketiga, latihlah mengeksplisitkan dan merasakan tersebut setiap hari ketika Anda punya waktu luang (jangan menulis pas sibuk--kecuali kalau pas sibuk ada ide, ya sempatkan untuk "menangkan" dan "mengikat"-nya secara cepat dan tak usah harus sempurna).

    Salam.

    BalasHapus
  3. Maaf, "menangkan" harusnya "menangkap". Salam.

    BalasHapus

Posting Komentar