Sikap Membaca Teks

Photo by Blaz Photo on Unsplash


1. Reading Comprehension

Membaca dalam arti membuat sebuah renungan setiap selesai satu bagian.  Dalam konteks menyunting naskah, alat pertama adalah memahami isi dan komponen buku.

Pengarang

Kenali siapa pengarang, cara informasi sebanyak-banyaknya. Contoh pengarang-pengarang yang mempunyai karakter kuat di antaranya Kuntowijoyo,  Mary Leonhardt pengarang buku 99 Cara Menjadikan Anak Anda Keranjingan Membaca.


Penerbit Mizan mengarakterkan pengarang, seperti Alwi Shihab dengan Islam Inklusif, Jalaluddin Rakhmat dengan Islam Alternatif


Pengarang bisa menjadi daya tarik pembeli dan ini dapat ditonjolkan di cover depan buku.


Kelemahan-kelemahan buku pelajaran jarang yang menonjolkan pengarangnya.



Teks

Sebuah teks tertulis akan menarik jika terbaca seperti diutarakan secara lisan (dibunyikan/disuarakan), ada intonasi dan nada suara, yang dapat dirasakan dan memberikan hal-hal baru.

 

Judul-judul bab memberikan identitas penting. Kelemahan gaya penulisan judul di buku-buku bahasa Arab tidak sistematis. Di Mizan buku-buku bahasa Arab dengan judul-judul yang tidak sistematis dibongkar agar menjadi sistematis.


Isi buku harus ditulis hirarkis sampai paling terkecil (bab, subbab, subsubbab, judul kecil) dan ini harus dilacak sampai mendetail, dipetakan dulu.  Ini akan memahami konteks buku tersebut lebih luas. Contoh Jalan Pintas Menjadi Tujuh Kali Lebih Cerdas (Kaifa)


Dalam kalimat diperlukan tanda baca seperti ( , ), ( ; ), ( . ), agar kalimat mempunyai intonasi. 


Apabila penyunting menemukan kalimat yang tidak “bunyi” bisa didiskusikan dengan teman-teman (minta bantuan second opinion)


Indeks

Buku yang ada indeksnya menjadi hal yang menarik perhatian untuk pembaca.



Tanda Koreksi

  • Syarat mutlak perbaikan kalimat oleh penyunting harus memberikan tanda perbaikan secara jelas dengan memakai warna bolpoin yang berbeda, seperti bolpoin warna merah, hijau.

  • Tanda marka editing secara pelan-pelan dipelajari.

  


Spelling (Mengeja dengan Jari)

Penekanan pada spelling (mengeja dengan jari) ini harus ditumbuhkan. Lebih detailnya akan dijelaskan di pertemuan berikutnya.



Referensi

Bahasa tidak bisa diduga-duga Anda harus mengecek/merujuk ke kamus  setiap menemukan kata yang ragu.



Memahami Makna Kalimat dan Kaidah Bahasa

Penyunting harus lebih menekankan penalaran (logika) suatu kalimat. Kaidah-kaidah bahasa seperti (akan tetapi, sedangkan, di mana) masih bisa ditoleransi asal tidak mengganggu penalaran. Kaidah bahasa tetap dipakai asalkan proses perbaikan tidak melelahkan. Rasa bahasa tetap bisa dipertahankan tanpa secara ketat mengikuti kaidah kebahasaan asalkan penyampaian kalimat tersebut bisa dipahami. 



2.   Metode Pembelajaran Gaya SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual)

  • Membaca dengan metode somatic

Membaca tidak selalu dengan posisi duduk, bisa dilakukan dengan posisi berdiri, bersandar dikursi (posisi santai), atau berjalan-jalan.


  • Membaca dengan metode auditory

Membaca dengan menyuarakan, bisa mengetahui apakah kalimat tersebut perlu penekanan tanda baca ( , ), ( ; ), ( . ) atau kepanjangan.

Membaca dengan metode auditory dapat diterapkan pada teks-teks yang pelik.


  • Membaca dengan metode Visual

Membaca dengan metode visual yaitu dengan membayangkan apa yang dimaksud dengan teks tersebut.

Gagasan pembuatan buku dengan gabungan bahasa rupa dengan bahasa tulisan, seperti buku Filsafat Hikmah.


  • Membaca dengan metode Intellectual

Membaca dengan cara mengklastering (mengelompokkan) gagasan atau menemukan kata dan kalimat yang hidup..




*Materi 1 dalam Pelatihan Editor Mizan Pada 2 Mei 2002 oleh Hernowo

Komentar