Menilai Naskah

Oleh Ahmad Baiquni


Empat Kuadran Penilaian Naskah




Secara pragmatik, output ideal dari sebuah penerbitan adalah buku yang bagus (sekali) dan laku (keras). Kalau dua hal ini bersekutu dalam satu naskah, sempurnalah penerbitan kita: kita menebarkan kebajikan dan meraup kemakmuran. 

Dalam banyak kasus, kedua hal ini tidak selalu akur. Ada buku bagus yang sulit dijual, ada buku kurang bagus yang laris manis, dan lebih banyak lagi buku jelek yang merana di pasar.
Dengan output seperti itu, ada dua perhatian kita atas input (naskah): Pertama, naskah seperti apa yang boleh disebut sebagai naskah bagus dari segi isi. Kedua, naskah seperti apa yang punya potensi pasar, yang punya peluang yang laku (keras).


Naskah Bagus

Naskah bagus tampil dalam beragam bentuk--bergantung pada genrenya, sasaran pembacanya, tujuan penulisannya, medium tulisannya, dan sebagainya. Dengan berbagai varian, boleh disebutkan beberapa ciri naskah bagus:
  • Ditulis secara logis, beralur, runtut, dan sistematis
  • Menggunakan bahasa yang bernalar dan enak dibaca
  • Menawarkan ide-ide (baru) yang menyegarkan, membuka horison baru, cara-pandang yang berbeda atas kenyataan.
  • Bercakupan universal karena memberi sesuatu kepada dunia kemanusiaan
  • Berpotensi dikenang sebagai buku berkarakter/berpengaruh dalam sejarah literatur; menjadi  perbincangan/rujukan dari zaman ke zaman; bersifat ikonik atau legendaris


Naskah Berpotensi Laku
Kalau menilai bagus tidaknya suatu naskah kita punya indikator-indikator yang bisa dikatakan jelas dan predictable, maka mengukur marketabilitas suatu naskah umumnya lebih kabur, lebih unpredictable, kadang-kadang (malah barangkali kebanyakan) berbau keberuntungan. Ditambah lagi, penilaian kita umumnya bersifat post factum, dan kurang andal untuk mencandra masa depan.

Meskipun demikian, ada beberapa gejala yang bisa dipegang untuk mengukur marketabilitas suatu naskah.

  • Naskah dari pengarang terkenal, karena track record-nya sudah diketahui oleh khalayak, apalagi yang memiliki komunitas/pembaca setia. Contohnya: naskah tafsir Al Quran oleh Quraish Shihab; naskah motivasional oleh Mario Teguh; naskah marketing oleh Hermawan Kartajaya. Tantangannya: dengan bargaining position yang tinggi, pengarang-pengarang terkenal umumnya meminta perlakuan istimewa (dari segi royalti, promosi, uang muka, iklan, event, dll)
  • Naskah yang menawarkan ide-ide yang orisinal, "berbeda". Contohnya: SQ oleh Danah Zohar; Multiple Intelligences oleh Howard Gardner; Miracle of Enzyme (Shinya).
  • Tantangannya: bagaimana mengendus hadirnya buku semacam itu secepatnya. Berikutnya: bagaimana bersaing dengan penerbit-penerbit lain dalam memperebutkan rights-nya.
  • Naskah yang membahas isu-isu aktual (terutama dengan durasi aktualitas yang cukup panjang, berskala internasional, dengan paparan media yang intensif. Contohnya: naskah Obama menjelang pemilihan presiden. di AS; Obama pascaserangan 11 September. Tantangannya: life cycle amat sebentar
  • Naskah yang menyentuh sisi-sisi kemanusiaan universal secara pekat dan mendalam, serta memberi inspirasi bagi banyak orang. Contohnya: Aku Terlahir 100 gram; Three Cups of Tea; Dreams from My Father
  • Naskah yang mengundang kontroversi luas (terlebih lagi melibatkan tokoh-tokoh penting, dengan paparan media yang intensif). Contohnya: Detik-Detik yang Menentukan (BJ Habibie); Siapa Menabur Angin, Menuai Badai; Da Vinci Code. Tantangannya: life cycle pendek.
  • Naskah referensial dan dijadikan standar di kelasnya berpeluang laku dalam jangka panjang, meskipun penjualan bulanannya tidak meledak. Misalnya: Kamus Indonesia-Inggris (Echols dan Shadali); Hidup Muhammad (Haikal); Ihya Ulumuddin (Al-Ghazali); Fiqih Sunnah (Sayyid Sabiq); Tafsir Al-Misbah (Quraish Shihab); Buku Pintar (Iwan Gayo); 100 Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah (Michael Hart). Tantangannya: rawan pembajakan dan hypercompetition (untuk yang sudah public domain)
  • Naskah yang isinya menjadi concern/kebutuhan publik dan ditulis dengan gaya/kemasan baru. Contohnya: Who Moves My Cheese; Dunia Sophie; Quantum Teaching dan Quantum Learning; Rich Dad Poor Dad; Al-Quran Terjemahan per Kata; kartun sains bergaya manga asal Jepang dan Korea. Tantangannya (untuk buku luar) history hubungan Gramedia dengan penerbit-penerbit asing sudah lama, sehingga dia sering mendapatkan preferensi (dari segi kecepatan informasi, penawaran perdana, dll)
  • Sekuel darĂ­ naskah laris. Contohnya: Angels and Demons (sekuel dari Da Vinci Code). Tantangannya sekali naskah perdana dari seri itu diambil sebuah penerbit X, sekuelnya hampir dipastikan diambil oleh penerbit yang sama.
  • Naskah yang menjawab kebutuhan dan gaya hidup masyarakat terkini. Contohnya: naskah-naskah tentang jejaring sosial dan bisnis di era digital (multiply, facebook. bisnis dari rumah, bisnis dengan modal kecil, online business for everyone). Tantangannya: kompetisi superketat dan life cycle pendek.
  • Naskah yang mengafirmasi common sense publik dengan penjelasan ilmiah. Contoh: Terapi Shalat Tahajud (Dr Wish Saleh); Miracle of Water (Emoto); 100 Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah (Michael Hart)
  • Naskah bestseller dalam media terkenal (Publishers Weekly, Amazon, Barnes and Noble) atau di situs penerbit-penerbit besar (Random House, Simon and Schuster, Wiley and Son). Tantangannya: bestseller di AS misalnya, belum tentu berlaku di Indonesia karena perbedaan cita rasa, minat, dan kondisi psikososial masyarakat.
  • Naskah yang terbit pada season yang dibutuhkan. Contoh: buku penunjang pelajaran menjelang tahun ajaran baru; buku puasa menjelang Ramadhan; buku haji menjelang Dzulhijjah. Tantangannya: di luar musimnya, penjualannya akan terjun bebas
  • Naskah yang mengemas ulang panduan kesalehan. Misal: seri shalat (Mukjizat Shalat Malam), Muslimah teladan (Khadijah, Aisyah, Fatimah), keluarga sakinah (Kupinang Kau dengan Hamdalah), Atlas Al-Quran dan Hadis.
  • Naskah yang menjadi perbincangan di kalangan bookers alias para pengamat buku (simak goodreads)

Perlu dicatat bahwa setiap buku laris itu hampir-hampir bersifat khas, individual, dan agak sulit digeneralisasi. la berbicara dengan caranya sendiri. Tentu saja, promosi yang bagus, paparan media yang intensif, dan penyelenggaraan event-event yang menunjang ikut berpengaruh. 

Satu lagi catatan: setiap buku punya life cycle sendiri-sendiri. Buku laris pada saat ini bisa jadi akan jadi buku tidak laku pada tiga bulan, atau satu tahun ke depan. Dan kian lama, life cycle buku kian pendek apalagi untuk buku yang tidak punya diferensiasi yang kuat, hanya akan menjadi one among many di jagat buku.

Menyadari keunikan dan kekhasan tiap-tiap naskah, kita perlu menggunakan segala jurus untuk memenangkan persaingan dalam pemerolehan naskah.



Komentar